Saturday, April 11, 2020

New Youth Indonesian Regeneration with Sexuality Education

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah . Globalisasi bukanlah suatu fenomena baru karena globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.

Globalisasi ini akan membentuk tatanan baru atau kehidupan yang lebih bersatu karena seolah-olah tanpa batas geografis, batas ekonomi maupun batas budaya. Globalisasi terjadi di tengah-tengah masyarakat yang berupa keterkaitan antara elemen-elemen dengan semakin canggihnya teknologi baik dari segi komunikasi maupun informasi, tidak heran jika globalisasi akan menjadi jalan pertukaran budaya hingga hubungan ekonomi, sosial, dan segala hal secara internasional antara negara-negara di dunia.

Perubahan akibat pengaruh globalisai memiliki dampak terhadap suatu bangsa. Dampak ini bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif yang sama-sama kuatnya. Dampak positif akan membawa suatu negara menjadi lebih maju dari keadaan sebelumnya. Lain halnya dengan dampak positif globalisasi, maka dampak negatif globalisasi akan condong terhadap mental dan moral yang terkikis karena tidak adanya sekat yang membatasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan barat.

Salah satu contoh dampak negatif globalisasi terhadap remaja Indonesia adalah penurunan degradasi moral remaja Indonesia yang ditunjukan dengan kenakalan remaja khususnya seks bebas. Menurut dr. Boyke maraknya perilaku seks bebas di kalangan remaja juga sangat dipengaruhi era globalisasi informasi dan komunikasi. Hal ini diperparah dengan adanya  survei dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada 2002-2003, dilaporkan bahwa remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun, pada angka 34,7% untuk remaja putri dan 30,9% untuk remaja putra (Seputar Indonesia, 24/2/2012). Kasus-kasus pelecehan seksual sendiri juga terus meningkat sepanjang tahun 2012 sampai 2013 ini. Sayangmya kasus-kasus yang menimpa remaja berawal dari kemajuan teknologi yaitu perkenalan melalui internet seperti facebook. Bahkan tindak kriminalitas yang berawal dari perkenalan lewat situs jejaring sosial telah terjadi secara berulang-ulang kali. Pada Januari-Februari lalu, misalnya, ada 31 kasus sejenis yang dicatat oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak. "Jumlah itu hampir separuh dari jumlah kasus pelecehan seksual yang dilaporkan, yakni 83 kasus," kata Ketua Komisi, Arist Merdeka Sirait, (3/ 2013). Hampir semua korban kasus pelecehan seksual yang berawal dari perkenalan via media sosial adalah anak baru gede (ABG) berusia 13-18 tahun. Pada rentang usia ini, dia menilai, kondisi remaja memang masih labil dan mudah dipengaruhi. Pemanfaatan globalisasi secara tidak tepat dan kurang pengawasan menyebabkan dampak negatif bagi remaja di Indonesia.

Kejadian pelecehan seksual ataupun seks bebas di kalangan remaja Indonesia sudah sangat menprihatinkan. Mengapa para remaja nekat melakukan seks bebas memiliki alasan yang cukup sederhana yaitu maraknya tontonan berbau seks dan mudahnya akses internet untuk mendapat berbagai macam konten agaknya memicu remaja melakukan seks di luar nikah. Remaja hanya menonton film-film atau artikel yang berbau porno tanpa mengerti apa itu seks dan bahayanya. Menurut Desmita (2005) pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual. Hal ini diperparah dengan mudahnya remaja mengakses internet melalui telepon genggam maupun warung internet. Internet merupakan salah satu dampak positif dari globalisasi yang apabila tidak dimanfaatkan secara positif pula akan berdampak negatif terhadap remaja Indonesia.

Menurut Hurlock, remaja berasal dari kata Latin: adolensence, yang berari tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas lagi mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak juga dewasa atau tua. Dilanjutkan dari pendapat Monks, bahwa pada masa remaja akan jelas terlihat sifat transisi atau peralihan, karena ia belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Tapi justru pada masa inilah butuh perhatian khusus karena remaja sedang berada pada proses pencarian jati diri. 

Maka dari itu dampak globalisasi yang semakin tinggi menuntut remaja secara tidak langsung ikut ambil bagian dalam perkembangannya. Untuk menghindari remaja yang salah memanfaatkan perkembangan teknologi ini dengan mengadopsi budaya barat seperti free sex (seks bebas) maka sejak dini perlu diajarkan pendidikan seksual. Pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual yang diberikan sepatutunya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarlito W. Sarwono, 2001).

Sama halnya globalisasi yang memiliki dampak positif dan negatif, pemberian pendidikan seks sejak dini mengakibatkan pro dan kontra di masyarakat. Beberapa berpendapat setuju dengan alasan :

  • Pendidikan seks dapat membantu anak memahami dampak dari seks dalam kehidupan mereka.
  • Menjawab pertanyaan yang ada dibenak anak-anak tentang tubuh mereka yang berubah dan lonjakan hormonal.
  • Anak-anak sering ingin tahu tentang jenis kelamin lawan jenis. Pendidikan seks dapat membantu memberi pemahaman perbedaan dan menjaga keinginan untuk mengeksplorasi hal-hal untuk diri mereka sendiri.
  • Pelecehan seksual terhadap anak adalah kejahatan sosial yang melanda ribuan anak di seluruh dunia. Pendidikan seks dapat berperan aktif dalam mengendalikan peristiwa penganiayaan ini.
  • Penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak tentang seks yang benar, bukan membiarkan mereka menggunakan sumber lain seperti materi pornografi dari internet. Hal ini penting karena sumber seperti internet memiliki sejumlah informasi yang mungkin menyesatkan dan menyebabkan informasi yang salah.
  • Dengan masalah seperti kehamilan remaja dan penularan penyakit yang meningkat, dapat menyadarkan anak dari bahaya ini.
  • Pendidikan seks di sekolah adalah wadah mengubah anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan seks bisa membantu mereka memahami manfaat pantang seks bebas setidaknya menjadi anak yang lebih bertanggung jawab.

Sedangkan kontra terhadap Pendidikan Seks disebabkan karena hal-hal berikut ini :

  • Besar kemungkinan informasi yang diterima siswa pada usia dini tidak seperti yang diharapkan, artinya pemahaman mereka justru ke arah yang salah.
  • Jika tidak diajarkan dengan benar, pendidikan seks dapat menjadi masalah ejekan dan menjadi sesuatu yang selalu mengalihkan perhatian seluruh kelas ketika diajarkan.
  • Fakta bahwa sebagian besar sekolah dalam pendidikan seks memperlakukan hal ini seperti kursus ekstrakurikuler dan bukan yang utama juga merupakan kontra utama.
  • Pengajar yagn kurang kompeten dalam hal ini bahkan lebih berbahaya karena informasi yang salah ini sangat mematikan.
  • Pendidikan seks mungkin bertentangan dengan ideologi keagamaan yang juga dianut di rumah anak. Ini menyebabkan perbedaan masalah mendasar ketika anak di rumah dan di sekolah, sementara seharusnya sekolah adalah rumah kedua mereka.

Cara yang sangat ampuh untuk membatasi adanya dampak-dampak yang tidak diharapkan dari suatu perubahan global adalah tiang agama. Kaitannya dengan ummat Islam Indonesia, dampak negatif yang paling nyata adalah perbenturan nilai-nilai asing yang masuk lewat berbagai cara, dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia. Mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, kita harus menghadapi globalisasi ini dan menerima segala dampaknya, negatif maupun positif. Hal yang paling penting untuk meminimalisir dampak negatif perkembangan teknologi adalah membekali diri dengan ilmu agama khususnya remaja karena remaja adalah generasi penerus bangsa.

Agama dan keadaan sosial budaya juga ambil andil dalam menyelenggarakan pendidikan seks di masyarakat karena tidak semua masyarakat bisa terbuka berbicara soal seks. Para remaja yang sesungguhnya harus memperoleh penyuluhan seks secara benar dari orang yang sudah mengerti bukan melalui internet dan teman sebaya yang tidak paham tentang seks. Sumantri selaku Ketua KPAI merasakan betapa pesatnya perkembangan informasi tentang seks sekarang. Ini berarti, harus secepatnya ada jalan keluar tentang pendidikan seks bagi para remaja.

Lalu apa solusinya? Pertama melibatkan sekolah karena sekolah dipandang sebagai informasi praktis tentang efektifitas pengajaran  serta sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah. Sebagai sebuah mata pelajaran baru pendidikan seks dianggap sesuatu yang mustahil, hal ini dikarenakan masih banyak kontra di kalangan masyarakat maupun pemerintah. Salah satu cara yang mungkin adalah dengan menyisipkan pendidikan seks pada pelajaran pendidikan agama islam. Menurut Muh. Fadhil Al-Djamaly, Pendidikan Agama Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan menyangkut derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar). Pelajaran agama islam sangat cocok dikarenakan siswa juga akan mendapatkan aturan-aturan dalam pendidkan seks yang benar sesuai syariat agama islam. Selain itu pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Tentu saja jika dilihat praktiknya di lapangan, pendidikan agama Islam (PAI) memiliki kedudukan yang sangat potensial sehubungan dengan pengajaran pendidikan seks. Selain itu penting untuk menyesuaikan materi yang akan disampaikan di bidang pendidikan seks dengan tingkatan siswa agar siswa tetap memahami pendidikan seks sesuai dengan usianya. Bagaimanapun pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia harus mengupayakan pendidikan yang membentuk dan meningkatkan moral remaja Indonesia agar tidak salah melangkah dan terjerumus terhadap arus negatif globalisasi.

 

 

No comments: